Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Rabu, 14 Juli 2010

MODEL KELEMBAGAAN MASYARAKAT
DALAM PENGELOLAAN HUTAN
ALAM PRODUKSI
Oleh : Djuhendi Tadjudin

Berdasarkan kebudayaan Masyarakat Badui luar di Kanekes selalu memakai pakaian serba hitam dengan ikat kepala bewarna biru,yang mengartikan bahwa jika konsep itu dioperasikan dihasilkan kinerja yang ironical.sesuai dengan situasi pengelolaan saat ini, menurut Kattodihardjo(1999) ,dia menggambarkan bahwa kebijakan pengelolaan sumber daya hutan saat ini bersifat Paradoksal , Sedankan sumber-sumber Paradoksal itu adalah menyehatkan prakondisi agar asumsi-asumsi dalam teori ekonomi agar dapat dipenuhi dengan baik, memberikan penghargaan yang tinggi terhadap modal alam, menghentikan perkambinghitaman kemampuan Organisasi sebagai Pangkal kerusakan Hutan, dan terakhir memberikan dukungan yang nyata terhadap kebijakan pelestarian hutan.
Pada persengketaan yang terkait dengan masalah Sumber Daya Hutan saat ini, termasuk hutan alam produksi dipandang dalam garis hirarki yang linear; tata nilai,hak pemilikan (Kelemebagaan: Institusi) dan model pengelolaan(Organisasi), ketiga hal itu dikaitkan dengan pelaku-pelaku terkait (stakohelder) yang sekurang-kurangnya terdiri dari: Pemerintah,Masyarakat dan Swasta.Empat pilar penting akuan hak, yaitu: Common poll resources, State Property,Private Property dan Common Property. Tujuan Pengelolaan Hutan Produksi adalah Efisiensi, keadilan dan Kepatuahan, serta Keberlanjutan dan Keanekaragaman Sumber Daya Hutan. Unsur kelembagaan yaitu Batasan yuridis,aturan main, dan aturan dalam perwakilan. Model kelembagaan adalah Tata nilai, Hak Penguasa atau pola pemilikan dan pola pengelolaan.

Bacaan 2:
SISTIM BAGI HASIL DI JAWA TENGAH
Penelitian Hukum Pemilikan Tanah di Sebuah Daerah
Pertanian yang Penduduknya Sangat Padat
Oleh : Warnel Roell

Sebagaimana di Negara-Negara Asia Selatn dan Asia Tenggara lainnya, sistim bagi hasil( Bagi garap) juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan pertanian di Indonesia. Jumlah Penggarap bagi hasil diantara petani lebih dari 50% dan hasil yang mereka terima hanya 30%-40%, kebanyakan di gaerah-daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Untuk Jawa Tengah sendiri disebutkan sekitar 245 dari petaninya melakukan aktivitas sistim bagi hasil. Proses ini antara lain dapat meruapakan pencerminan dari semakin meningkatnya jumlah penduduk tani yang mengganggur, hal tersebut juga bias terlihat jelas dari tidak adnya peluang pekerjaan alternative. Asal usul sistim bagi hasil memang jauh dari sejarah tapi berakar pada hokum kepemilikan tanah feudal kerajaan di Surakarta dan Yogyakarta serata diwariskan oleh para pendahulunya.meluasnya Sistim Bagi Hasil jga disebabkan terutama oleh kuarangnya kesempatan kerja dalam bidang Industi Rumah Tangga.
Sebenarnya Pembagian Panen antara penggarap dan Pemilik tanah(Pemodal) adalah sebesar 6 : 4 seperti yang dicanangkan dan dipropogandakan oleh Pemerintah DKI dan Organisasi buruhnya yang telah disahkan, tapi malah tidak diberlakukan sehingga Pemerintah Indonesia melarang lagi sistim bagi hasil pada tahun 1965 dan dipakai untuk memenangkan penduduk petani yang miskin tanah dan yang tridak memiliki tanah,walaupun tidak terealisasi secara hokum. Sebagai ukuran dasar perbandingan bagi hasil adalah kualitas tanah, letak tanah, bentuk pengelolaan, hasil tanaman dan sebagainya. Bentuk-bentuk Dasar bagi hasil , yaitu Sistim Maro, Sistim Martelu dan Sistim Marapat. Demi perbaikan kepentingan social yang dibutuhkan, maka harus dilakukan penghapusan situasi buruk sistim bagi hasil di Jawa yang telah digambarkan.

ANALISIS BACAAN
Bacaan 1
Kelembagaan dan Pelembagaan Sosial

Sektor Public Sektor Partisipatory Sektor Privat
- Pengelolaan hutan oleh masyarakat lokal.
- Pengelolaan HKM oleh masyarakat dari pemerintah .
- kelembagaan antara masyarakat yang kuat dan erat - Adanya koperasi - Pengelolaaan hutan oleh pihak swasta.
- Kontrol terhadap pengelolaan sumberdaya oleh masyarakat.
- Ikatan antar masyarakat untuk pembasmian penebangan hutan


Tingkat Norma dan Sanksi Serta Proses Pelembagaan

Cara (usage) Kebiasaan (folkways) Tata Kelakuan (mores) Adat Istiadat (costums)
-2 Ikatan bisnis
-3 Ikatan kesamaan tujuan -4 Pemerintah melakukan control terhadap pengelolaan sumber daya
-5 HKM hanya ditempatkan pada zona tertentu. -6 Pakaian masyarakat badui
-7 Kebiasaan masyarakat yang khas dan berbeeda


Kelembagaan sebagai Kontrol Sosial.
Preventif : Masyarakat melakukan Kontrol terhadap pengelolaan sumber daya

Bacaan 2
Kelembagaan dan Pelembagan Sosial

Sektor Public Sektor Partisipatory Sektor Private
-8 UU Agraria tentang bagi hasil.
-9 Organiasasi public, buruh, dan politik
-10 Pelarangan sistim bagi hasil
-11 Sistim bagi hasil yang salah -12 -13 Pemilik tanah menyediakan ternak pembajak atau menanggung ongkos penanaman dan panen menapatkan hasil empat garapan.

Tingkat Norma dan Sanksi serta Proses Pelembagaan

Cara (usage) Kebiasaan (folkways) Tata Kelakuan (mores) Adat Istiadat (costums)
-14 Pondok sederhana dan peralatan sederahana yang dimiliki oleh penggarap. -15 Pembegian warisan “terselubung”.
-16 Kebiasaan yang turun temurun dalam sistim bagi hasil -17 -18 Pemakaian tanah menurut tradisi.
-19 Pengaruh sistim adapt istiadat terhadapa sistim bagi hasil yang turun temurun

Kelembagaan sebagai Kontrol Sosial.
Preventif : Pemerintah melakukan control dan mengeluarkan peraturan terhadap pelarangan sistim bagi hasil yang salah


SISTEM PONDOK
Oleh
Warisno Ram

Sebagian besar migran sirkuler berasal dari rumah tangga desa yang hanya memiliki lahan sempit dan mereka rata-rata berpendidikan rendah. Keadaan serba tidak cukup ini mendorong mereka untuk melakukan usaha mandiri secara kecil-kecilan dengan sedikit modal dan peralatan yang tidak mahal.
Para migran sirkuler yang bergerak dalam usaha sisa ini (disebut usaha sisa karena para pemlik modal umumnya tidak tertarik untuk bergerak dalam usaha ini), jenis-jenis usaha yang termasuk dalam usaha sisa ini antara lain: usaha membuat dan menjual makanan atau minuman murah, usaha transport jarak dekat dengan tenaga bukan mesin (becak), usaha pengumpulan barang bekas untuk didaur ulang (kertas, plastik, logam, botol,karung bekas), usaha jual beli kebutuhan sehari-hari yang tidak tahan lama di simpan (sayuran, ikan basah), usaha jual beli barang yang karena alasan tidak laku kalau dijual di toko (hasil kerajinan bamboo yang berupa peralatan dapur, hasil kerajinan keramik kasar atau keramik untuk peralatan dapur, dan berbagai hasil kerajinan daerah pedesaan yang tidak mahal harganya).
Karena usaha ini bersifat padat karya, maka diperlukan keterampilan dalam pengelolaan hubungan antar manusianya. Dalam hal ini biasanya “azas kerukunan” atau “azas kekeluargaan” menjadi sendi utama. Demikian pula azas resiprositas di junjung tinggi dan di laksanakan dalam sistem pondok.
Macam sistem pondok dipandang dari besarnya tenaga dalam proses produksi dan penjualan hasil, dapat di golongkan dalam 4 kelompok:
Sistem pondok dimana setiap anggota memiliki kedudukan sama.
Dalam system ini tidak dikenal majikan/bos dan juga tidak ada karyawan kelompok ini dibentuk atas dasar kegotong-royongan. Jumlah kelompok antara 8-12 orang. Hubungan dalam kelompok kuat, terdapat rasa saling percaya antar anggota.

Sistem pondok dimana kedudukan pemilik pondok berkedudukan lebih mirip dengan kedudukan “kepala rumah tangga” daripada majikan dan para penghuninya sebagai “anggota rumah tangga” daripada karyawan.
Sistem pondok dimana telah dikenal deferensiasi tenaga yang bertugas dalam prosers produksi (karyawan) dengan tenaga pemasar (penjual). Dalam sistem pondok ini biasanya telah digunakan teknologi atau peralatan yang cukup produktif mempunyai puluhan karyawan dan penjual. Olehkarena itu system pondok seperti ini lebih mirip perusahaan perseorangan.
Sistem pondok dimana pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan produksi dan pemasaran, hanya menyewakan tempat untuk penginapan, tempat untuk usaha, mesin untuk produksi, peralatan menjual barang dan bahn baku untuk produksi. Maka dari itu sistem ini disebut sistem pondok sewa.
Di samping keempat cara itu terdapat sistem pondok yang merupakan campuran. Misalnya, dalam pondok boro usaha kerupuk dimana ada pemisahan pembuat dan penjualnya harus membeli dan menggoreng sendiri di tempat majikan. Ada pula system pondok yang tidak punya karyawan, karena tidak ada kegiatan produksi, hanya menampung penjual. Ada pula sistim pondok yang karyawanya hanya menampung para penjual saja ( Dalam berbagai macam pondok sering dilengkapi dengan semacam kantin makan yang diselenggarakan oleh pihak pemilik pondok boro.hampir semua pemilik pondok boro berperan sebagai pelindung para penghuni pondok.
Dilihat dari kegiatan penghuninya pondok boro di bedakan menjadi 3 macam : pondok boro buruh, pondok boro penjual, pondok boro produksi.

ANALISIS BACAAN
Proses Pembentukan Grup
a. Keturunan Satu Nenek Moyang
Jenis Usaha padat karya yang dilaksanakan pada asas kerukunan dan asas kekeluargan.
Tempat Tinggal Bersama
Para Migran sirkuler yang berasal dari tempat tinggal yang berdekatan sehingga berkompeten untuk mengadakan sistim pondok
Kepentingan Bersama
Mereka mempunyai tujuan untuk membuka usaha sendiri karena ketidakpastian kondisi kehidupannya.


OMPU MONANG NAPITUPULU INGIN
SEDERHANAKAN BUDAYA BATAK
Oleh: Arbein Rambey

Dalam seminggu terakhir ini, Pemasangan iklan oleh Parbato atau pertungkoan batak Toba, sebuah organisasi kesukuan berisi ajakan masyarakat Toba diamana pun berada untuk mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pargosit. Adanya iklan di surat kabar Medan, munculnya pertanyaan tidaklah gerakan kesukuan merupakan langkah mundur di tengah arus Globalisasi yang sedemikian deras?. Hal ini ditentang oleh Ompu Monang yang memiliki nama asli Daniel Napitulu.Beliau berpendapat masalah di Indonesia hanya dapat didekati secara etnis dan pentingnya tiap etnis mempunyai kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidarias Indonesia secara keseluruhan.
Orang Batak Toba, merupakan orang yang memiliki watak keras, ceplas-ceplos,senang sekali bernyanyi dan berwajah khas dengan dagu persegi.Dalam kekerabatan Batak Toba memiliki sisi positif dan sisi negative. Di sisi Positifnya, terlihat dalam rasa tanggung jawab pada pendidikan anaknya sehinnga jarang sekali anak batak Toba terlantar oleh orang tuanya. Namun dibalik itu, sisi negativenya adalah menurut Ompu Monang yaitu dalam penghambuaran uang dan waktu. Misalnya pada upacara pernikahan. Acara keluarga dalam pesta perkawinan berlnagsung hingga lebih dari lima jam. Selain itu, adanya acara pengulosan. Masih pada acra perkawinan, begitu banyak kerabat yang memberi nasehat kepada kedua mempelai, hingga waktunya berjam-jam. Padahal menurut pandangan Ompu Monang, nasehat itu sama sekali tidak begitu berarti.Ditambah lagi pemborosan uang yang terlihat pada pembangunan makam-makam Batak Toba yang nilainya mencapai ratusan juta.
Penyelewengan-penyelewengan pada kebudayaan Batak Toba membuat hati Ompu Monang tergugah untuk mengadakan seminar-seminar. Namun hasilnya terbatas pada cetakan hasil seminar saja. Hal inilah yang membuat Ompu Monang mengorbankan dirinya dengan menyelenggarakan pesta pernikahan anaknya secara efisien namun tidak keluar drai jalur adapt.Akhirnya pun Ompu Monang menambahkan , sebagai Parbato tidak hanya berbicara tapi melaksanakan apa yang dikatakan Parbato. Perbuatan nyata adalah nasehat yang baik.

Bacaan 2 :
KEHIDUPAN SUKU DAYAK KENYAH
DAN MODANG DEWASA INI
Inventaris Sebuah Proses Pemiskinan
Oleh : Franky Raden
Pada awal bulan Maret tahun lalu, penulus berangkat ke daerah pedalaman di Kecamatan Ancalong, Kabupaten Kutai dengan Kota Tenggarong, Kalimantan Timur dimana Suku Kenyah dan Modang berada untuk mempelajari kesenian. Akan tetapi kesenian daloam masyarakat mereka ternyata tidak bisa dilepaskan dari kontes gerak kehidupan sehari-hari.
Pemiskinan yang dihadapi oleh kedua suku Dayak ini, mereka hadapi dengan diawali menurunya penghasilan dari berlaang akibat perahu pedagang dan tengkulak yang menaikan harga barang. Faktor lain yang berperan yaitu berdirinya warung-warung yang dimiliki oleh suku pendatang dari Kutai, Bugis, Toraja yang membeli hasil pertanian mereka dengan sangat rendah. Kedua, masuknya budaya baru menyebabkan musnahnya inti sukama yang membangun seluruh struktur dan mekanisme kebudayaan dari mereka yaitu Lamin.dan kesenian tersebut menjadi terpisah dengan kebuadayaan mereka.Ketiga, pendidikan informal yang sudah diterapkan kepada anak-anak, kini sudah nyaris hilang akibat kebudayaan dari Kota.
Terciptanya kondisi-kondisi tersebut dalam kehidupan Suku Dayak tidak terlepas dari Tanggungjawab dari Pemerintah daerah yang menerima bahkan menganjurkan mereka hidup diwilayahnya.Selain itu proses Pemiskinan yang terjadi bukan hanya dalam konteks pemiskinan suatu kualitas dan ruang gerak kehidupan. Saat ini terjadi di Suku Dayak tidak lain dari sebuah proses pemusnahan eksistensi sekelompok manusia dalam dimensi cultural. Ini yang bisa menyeret mereka dalam bencana Tragis
Yang harus kita lakukan untuk menghadapi masalah ini adalah bagaimana kita mengerti an memahami Ketahanan Nasional sebagai Inner Security manusia-manusia Indonesia dalam ruang gerak kultur mereka. Bukan hanya ketahanan lapisan luar suatu strategi ekonomi, politik atau pemerintah. Jadi kita nhrus mempertahankan budaya asal kita supaya tidak terseret arus Globalisasi yang berdampak negative.

Analisis Bacaan

Bacaan 1 :
Unsur-unsur Kebudayaan
1. Sistim Teknolgi
i. Munculnya sistim pembuatan ulos secara mesin
ii. Pengaruh Munculnya Barang-barang baru yang modern
iii. Pembangunan Makam modern yang mahal
2. Sistim Ekonomi
i. Sistim Pertanian batak yang boros
ii. Penghambur-hamburan uang dan waktu untuk acara yang tidak begitu penting
3. Organisasi Sosial
i. Kekerabatan Batak Toba, dengan sub etnis, Angkola, Mandailing dll.
ii. Kelompok Parbato
4. Sistim Pengetahuan
i. Munculnya keinginan untuk merubah budaya yang bersifat negative
ii. Keinginan Batak Toba untuk membari pendidikan terbaik kepada anak-anaknya
5. Kesenian
i. Upacara Perkawinan
6. Sistim Religi
i. Tidak ada
7. Bahasa
i. Bahasa batak, yang masing-masing sub etnis berbeda
Wujud Kebudayaan
1. Wujud idil :Pendapat Ompu Monang
2. Wujud Aktifitas :Pemikiran dan pengaplikasian pendapat Ompu monang
3. Wujud Fisik :Keputusan Ompu Monang,untuk melaksanakan upacara perkawinan yang sederhana.
c. Integrasi dan Diversitas : 1.-, 2. Upacara perkawinan anak Ompu Bacaan 2 :
Unsur-unsur Kebudayaan
8. Sistim Teknolgi
i. Kecendrungan dayak untuk bersifat moden
ii. Pola Konsumtif
iii. Manifestasi material kebudayaan modern
9. Sistim Ekonomi
i. Kemiskinan suku dayak,pertanian sbg unsur pokok ekonom
ii. Pemanifulasian arus ekonomi oleh suku pendatang
10. Organisasi Sosial
i. Suku Dayak Kenyah dan Suku Modang
11. Sistim Pengetahuan
i. Munculnya keinginan untuk merubah budaya yang bersifat negative
ii. Keinginan Batak Toba untuk membari pendidikan terbaik kepada anak-anaknya
12. Kesenian
i. Terpisah oleh kehidupan, lamin dan intfiltrasi kesenian.
13. Sistim Religi
i. Pengaruh dari agama-agama Pendatang
14. Bahasa
i. Bahasa dayak, yang masing-masing sub etnis berbeda
Wujud Kebudayaan
1. Wujud idil :Pandangan Kedepan suku Dayak
2. Wujud Aktifitas :Prilaku konsumtif Suku dayak
3. Wujud Fisik :Sistim perekonomian Masyarakat suku Dayak.
c. Integrasi dan Diversitas :
1. Integrasi : Sistim Perekonomian Yang salah,
2. a.Agama Orang dayak
b.Prilaku Pola Konsumtif Suku Dayak untuk meniru Prilaku masyarakat kota.


LSM DAN NEGARA
Oleh: Philip Eldrige
Penawaran sejumlah justifikasi primai facie guna menunjukan bahwa LSM memang memiliki signifikasi politik hampir semua LSM, mengadopsi profil yang menekankan karakter non politiik. Langkah politik yang bijaksana dalam konteks Indonesia mereflesikan nilai – nilai yang sangat berakar yakni konsep tentang masyarakat dan negara. LSM telah menjadi saluran absah bagi partisipasi sosial dan politik Meskipun terjalin kerjasama, pemerintah tetap berusaha mencegah bangkitnya keterlibatan masyarakat yang didasarkan pada kelompok – kelompok yang secara murni mengandalkan kekuatan sendiri. Satu cara yang ditempuh pemerintah untuk menetralisir kekuatan LSM adalah dengan menciptakan struktur pararel yang bertujuan memobolisasi kelompok – kelompok sasaran seperti pemuda, petani, dan wanita.
Tingginya tingkat informalitas yang diadopsi LSM dalam bentuk struktur organisasi yang dipercaya sebagai persyaratan untuk kelangsunagn hidup, dapat pula menyulitkan berkembangnya struktur demokratis yang memiliki landasan hokum kukuh, ditingkat lebih rendah. Ada anggapan kuat di Indonesia bahwa UU organisasi kemasyarakatan yang dikeluarkan 1985 akan sangat memukul otonomi LSM/LPSM. Pengaturan yang dikenakan terhadap LSM sebelum 1985 ditunjukan terhadap penyaluran dana asing, dengan LSM – LSM lokal sebagai pihak yang paling berpengaruh karena ketergantungan mereka pada bantuan asing tersebut. Situasi ini umumnya tidak berubah setelah dikeluarkan UU keormasan.
Terdapat tiga jenis umum pendekatan yang dilakukan berbagai LSM/LPSM dalam hal penjalinan hubungan dengan pemerintah Indonesia. Pendekatan pertama, berlabel kerjasama tingkat tinggi : Pembangunan Akarrumput’, menekankan kerjasama dalam program – program pembanguan pemerintah dengan munyusupkan pengaruh terhadap rancangan maupun implementasi program – program tersebut. Pendekatan kedua disebut sebagai ‘Politik Tingkat Tinggi’ : Mobilisasi Akarrumput’, berbeda dengan pendekatan pertama ayang social network , pendekatan kedua merupakan pengembangan gagasan berdasarkan kerangka berpikir teori social radikal, yang digabung dengan kritik lebih luas terhadap falsafah dan praktek Orde Baru. Fokus kegiatan kelompok ketiga lebih berada di tingkat lokal daripada nasional. Konsep mobilisasi mereka lebih menekankan ‘peningkatan kesadaran’ (consciousness raising) dan kesadaran akan hak, daripada upaya mengubah kebijaksanaan, sambil mengupayakan formasi kelompok otonomi tanpa pretense politis tertentu.
Model 1 didasarkan pada pengalaman YIS yang bergerak di bidang kesehatan Masyarakat serta Bina Swadaya yang bergerak dibidang simpan pinjam dan koperasi informal. Model 2 diwakili oleh Lembaga Studi Pembangunan (LSP) yang bergerak didalam bidang pengembangan pelajar dan mahasiswa. Serta WALHI dan Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang beroperasi dibidang Hukum.Model 3 diwakili dengan Lembaga Konsultasi dan Keluarga (LKBHWK) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang sebagian besar dikelola oleh wanita. Ketiga model tersebut pada adsarnya membawa sejumlah orientasi kearah ‘penguatan’ (empowerment) kelompok – kelompok kecil dalam arti mendorong kapasitas self – management dan melatih kader – kader dari kelompok sasasran yang dibutuhkan untuk menjalani keahlian yang diisyaratkan.
Sementara gerakan LSM telah banyak menyumbang bagi penguatan proses demokratisasi di Indonesia, perluasan basis masyarakat mereka tergantung pada pencapaian ; (1) sintesa efektif antara corak gerakan ‘pembangunan’ dan ‘mobilisasi’; (2) interaksi antara aktivitas di tingkat mikro dan makro; (3) rekonsilasi dari perbedaan – perbedaan terutama antara model LSM kedua dan ketiga; (4) debirokratisasi yang lebih luas dari hubungan LSM/LPSM serta memadukan gerakan kooperatif dengan otonomi kelompok kecil. Pemahaaman LSM terhadap peran Negara vis – a – vis masyarakat sipil akan sangat menentukan cara mereka mengatasi rangkaian masalah tersebut.
Analisis Bacaan
1. Persamaan dan Perbedaan antara Organisasi dan Birokrasi
a. Persamaan
Sama-sama memiliki tujuan yang jelas
Disini Organisasi adalah LSM dan Birokrasinya adalah Negara atau pemerintah,, LSM dan Pemerintah disini sama-sama memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk menyejahterakan Masyarak
Sama-sama memiliki aturan
lSM dan Pemerintahan sama-sama memiliki aturan baik itu tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup dan menjadikan para anggotanya ikut berpartisipasi aktif dalam menjalankan tugasnya.
Sama-sama terdeferensiasi
LSM dan Negara telah memiliki struktur dan hirarkis kepemimpinan yang jelas dan telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin.
b. Perbedaan
Tujuan Pembangunan
Pemerintah sebagai Birokrasi memiliki tujuan pembangunan yang jelas yaitu lebih ke infrastruktur sedangkan LSM lebih kepada pemenagemenan Sumberdaya Manusia
Berdasarkan Sifat
Pemerintah bersifat TOP Down dan Birokratisme sedangkan LSM bersifat partisipatif dan debiokratis
Pengkajian
Pemerintah lenih mengurusi kebijakan secara umum (peran kurang mendalam),sedangkan LSM mengkaji secara spesifik dan mendalam
Sumber Dana
Pemerintah atau Birokrasi sumber dananya sudah menetap sedangkan LSM tidak.
Lama Pemprosesan
Organisasi lebih cepat prosesnya dari pada birokrasi
2. Pengertian Birokratisme
Birokratisme adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu birokrasi yang tidak sesuai dengan prosedure dan norma yang sebenarnya sehingga mempersulit proses birokrasi tersebut (penyimpangan birokrasi) Bukti dari proses Birokratisme itu adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah mengeluarkan UU keormasan 1985, tentang lembaga kemasyarakatan, yang seharusnya bekerja dengan lancar tapi malah dipersulit dengan prosedur yang baru.


“DRUG TRAFFICKER” DARI CIANJUR
Oleh:
Irfan Budiman,Rian Suryalibrata,
Dan Upik Supiyantun


Jumat,12 Januari 2003, Siang pekan lalu Ola dan kedua sepupunya tertangkap basah ketika mau melakukan transaksi Narkotika di Cengkareng. Ola dulunya adalah seorang wanita biasa yang tamatan SMA di Cianjur, Jawa Barat, dan merantau ke Jakarta, yang ingin becita-cita ingin mencari penghidupan yang layak.Tapi nyatanya setelah berada di Jakarta,ternyata Ola berada di tempat yang salah. Ola bekerja sebagai Disc Jocker, diberbagai diskotik di Jakarta. Sesuai dengan suasana tempat kerjanya yang berhubungan dengan dunia malam, membuat Ola akhirnya terjun juga ke dunia portitusi, dan akhirnya dari pekerjaannya tersebut,Ola memperoleh anak dari hubungan gelapnya dengan lelaki hidung belang, anaknya bernama Eka Prawira, Dan dunia kerja itu Ola pun pakerjaannya makin luas ke Bogor dan Bali.
Secerah sinar terang yang menyinari hidupnya. Pada Oktober 1997 dia bertemu dengan seorang pria berkewarganegaraan Nigeria, yang namanya Tajudin atau lebih dikenal denga sebutan Tony. Tony mengaku berbisnis pakaian jadi. Diawali dengan pertemuan, Ola pun menawarkan Tony untuk menunggunya dikamar, dan akhirnya diantara mereka timbul rasa cinta, dan meraka pun berpacaran,dan diakhiri dengan pernikahan. Ternyata setelah mereka menikah, Tony berubah 180 derajat,yang dulunya baik sekarang sering melakukan KDRT kepada Ola, tapi Ola tetap memaafkan Tony yang bejat dan tetap mencintainya.Berasamaan dengan hal ituOla mulai mengetahui bisnis Tony yang sebenarnya,yaitu sebagai Bandar narkotika, jenis Heroin dan Kokain. Dan Ola pun ikut bergabung bersama bisnisnya Tony,setelah dipaksa dan disiksa oleh Tony. Yang awalnya Ola hanya bekerja sebagai kurir tapi sekarang telah berganti menjadi “Drug Trafficker”, yaitu sebagai pengatur sistim lalu lintas perdagangan Narkotika Nasional dan Internasional, dengan nama samaran Ola yang banyak. Melalui Bisnis itulah Ola dan Tony menjadi orang kaya mendadak.
Pada tahun 1999 Ola pun sempat berangkat ke Eropa, Argentina dan lain-lain.Tujuannya untuk mencari jalur perdagangan Narkotika yang baik di mata internasional. “Dimana ada gula disitu ada semut”. Beberapa saudara Ola yang kesulitan perekonomiannya meminta bantuan kepada Ola, diantaranya Rani Andriani(25 tahun), dan Deni Setia Maharwan(28 tahun). Dan akhirnya kedua sepupunya tersebut disuruh bergabung dalam Bisnis Ola dan Tony. Keduanya ditugaskan sebagai Kurir untuk memasarkan Narkotika keluar negri. Sebenarnya Rani dan Deni sudah mencoba untuk keluar dari bisnis haram tersebut tapi hal itu tidak bisa mereka lakukan, karena jika mereka keluar, maka Ola lah yang akan dipukuli oleh Tony, dan mereka tidak tega melihat sepupunya yang telah membantu mereka disiksa oleh orang lain.
Nasib Tony dan jaringannya selalu mujur, karena selalu lolos dalam pengujian sinar X di Bandara-bandara ketika mau berbisnis. Tapi, seperti kata pepatah “sepandai-pandainya bajing meloncat pasti akan jatuh juga”. Nasib naas menimpa kelompok mereka. Nasib Ola berakhir di bandara Soekarno-Hatta ketika mau memakirkan mobilnya beserta barang bukti Narkotikanya, karena jejaknya sudah tercium oleh polisi Metro Jaya yang sebelumnya rantai hitam mereka terkuak setelah polisi meringkus pelaku narkotika dari Cianjur. Sedangkan, Rani dan Deni dirngkus ketika berada di Pesawat Cathay Pasifik ketika mau ke London,melalui Hongkok dan barang bukti masing-masing sebesar 3 kg dan 3.5 kg Narkotika.Pada hari yang sama, Tony sang suami bersama anak buah mereka ditangkap di rumah kontrakannua,, dan Tewas dalam baku tembak dengan Polisi.
Hal tersebut diutarakan oleh Alex Bambang , kepala direktorat Reserve Metrojaya yang memimpin operasi penangkapan Tony beserta komplotanya. Menurut beliau, Ola adalah seorang pembohong yang handal dan pandai bersandiwara, karena Alex mengaku bahwa sebenarnya Ola telah bergabung kedalam dunia Narkotika ketika masih bergabung dalam pekerjaannya sebagai wanita malam, dan hal tersebut dibenarkan oleh Jaksa Mursidi dan Hakim Asep.



Analisis Bacaan “ Drug Trafficker” Dari Cianjur

1. Realita Struktur Sosial
a. Hubungan Keluarga
1. Hubungan suami istri antara Ola dan Tony
2. Hubungan Ibu dan anak antara Ola dan Eka
3. Hubungan kerabat antara Rani, Ola dan Deni
b. Struktur sindikat narkotika
Tony sebagai ketua sindikat narkotika, Ola sebagai Drug Trafficker, Rani dan Deni sebagai kurir.

2. Tindakan sosial berdasarkan motif
a. Rasional Instrumental
1. Tindakan yang dilakukan pasangan Ola dan Tony sebagai pengedar narkotika membuat kondisi ekonomi mereka menjadi meningkat.
2. Rani dan Deni menjadi kurir dalam sindikat narkotika agar mendapatkan penghasilan untuk melunasi hutang keduanya pada bank.
b. Rasional dan Orintasi nilai
Ola dan Tony menikah
c. Afektif
1. Ola dan Tony menikah karena cinta
2. Ola disiksa oleh Tony dan dipaksa untuk mengikuti bisnisnya
3. Ola menjadi pengedar narkotika karena rasa takut kepada Toni
4. Rani dan Deni menjadi kurir karena meminjam uang kepada Ola dan kasihan kepada Ola.

3. Integrasi Fungsional
a. Rani dan Deni yang ketergantungan kepada Ola dan Tony karena jika tidak berbisnis narkotika maka mereka tidak bisa membayar hutangnya.
b. Dalam strukutur sindikat narkotika, apabila salah satu tertangkap maka akan terungkap dan tertangkap semuanya. Jadi, terjadi saling ketergantungan.


4. Konsep fakta sosial
a. Aras Masyarakat
Penjualan narkotika yang merupakan suatu tindakan negatif baik dikalangan nasional maupun Internasional.
b. Aras Mikro
1. Tony dan Ola ikut sebagai pengedar narkotika
2. Rani dan Deni menjadi kurir Drug Trafficker
c. Aras masalah sosial
1. Ola menjalani bisnis narkotika karena faktor ekonomi
2. Rani dan Deni meminjam uang pada Ola
3. Rani dan Deni yang sepupunya Ola harus disuruh sebagai kurir untuk mengganti uang pinjamannya

5. Pendekatan Objektif dan Subjektif
a. Objektif
menurut hokum peredaran narkotika merupakan tindakan yang melanggar hokum
b. Subjektif
Ola mengaku terpaksa menjalani pekerjaan sebagai Drug Trafficker
Ola mengaku terpengaruh magic Tony


REVOLUSI HIJAU DAN PERUBAHAN
SOSIAL DI PEDESAAN JAWA
Oleh: Sediono M.P. Tjondronegoro

Revolusi hijau di Indonesia dimulai sekitar tahun 1960-an, tetapi sebelumnya sudah pernah, yaitu pada tahun 1967 ketika Hindia Belanda mengantarkan Verbeterde Cultuur Technieken.. Program ini mengacu kepada intensifikasi tanaman pangan (jagung,gandum, dan padi). Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan produksi tanaman padi yang diusahakan tanpa mengubah struktur sosial pedesaan. Revolusi hijau telah membawa Indonesia menjadi importer beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an, menjadi Negara berswasembada beras sejak tahun 1984.
Revolusi Hijau seperti sudah diungkapkan mengantungkan petani kaya lebih cepat dari pada petani sedang atau miskin. Yang terjadi sebenarnya adalah polarisasi pengusahaan tanah harus mengubah pemilikan tanah. Petani kaya dapat menyewa lebih banyak tanah dari petani kecil di bawah nama penyewa (petani kecil).Dengan masuknya teknologi baru dibidang pertanian sudah jelas ada lapisan-lapisan masyarakat desa yang bertambah kaya dan berkuasa atau sumberdaya.Potensi ekonomi lapisan yang dimaksud tadi meningkat dan ekonomi uang dan petani lebih cepat bercabang dan memasuki desa . sehingga tidaklah mengherankan, mengapa gejal komersialoisasijuga masuk ke masyarakat desa.
Rencana untuk mencapai keswasembadaan beras telah dirumuskan oleh Departemen Perencanaan Nasional dalam pembangunan semesta (1961-1969). Sasaran rencana ini yaitu produksi beras harus mampu ditingkatkan sehingga konsumsi perkapita dapat meningkat dari 93 kg sampai 100 kg pertahun, untuk meningkatkan produksi protein sampai 60 g perkapita perhari (45 g dari sumber nabati dan 15 g dari sumber hewani). Usaha ini belum berasil karena peningkatan ini dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar. Sejak tahun 1963/1964 program swasembada bahan makanan diintensifkan dengan pendekatan bimbingan masal (BIMAS), yang diterapkan oleh staf pengajar dan mahasiswa fakultas pertanian IPB di daerah Kerawang. Paket BIMAS yang diberikan termasuk kredit natura pupuk buatan, obat-obatan, bibit unggul, dan biaya hidup petani untuk semusim (Cost of living). Namun, program ini banyak menimbulkan kericuhan sehingga semakin sulit untuk diawasi. Terdapat tiga lapisan petani, yaitu petani penggarap 0,5 ha (enggan menerima), petani penggarap 0,5 sampai 0,7 ha (menerima lamban), penggarap 0,7 ha (penerima baik). petani golongan menengah dan petani kecil atau miskin, merasa kredit yang ditawarkan menimbulkan resiko yang relatif begitu besar.
Menurut tesis yang ditulis M. Lyon ( 1970), sebab konflik yang muncul didaerah pedesaan yaitu penguasaan atas tanah, sedangkan menurut R.W. Franke (1972) dalam thesisnya yang berjudul The Green Revolution In Javanese Village, di ungkapkan bahwa akibat dari BIMAS, petani kaya lebih mampu memperbaiki nasibnya berdasarkan asset tanah dan modal yang di milikinya dari pada petani miskin. Lapisan teratas masyarakat petani mempunyai beberapa keuntungan, kecuali meningkatkan luas tanahnya dan menarik kredit lebih banyak, lapisan tersebut tetap memanfaatkan tenaga kerja yang cukup banyak tersedia. Lapisan atas juga bertambah mampu untuk mengadakan usaha-usaha yang berkaitan dengan ekonomi perkotaan, sehingga jenis-jenis pekerjaan di luar usaha tani lebih mudah di jangkau oleh petani kaya. Lapisan terbawah apabila sudah tidak dapat bercocok tanam sebagai buruh tani di desanya, pindah ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor informal seperti jasa dan perdagangan kecil. Gejala urbanisasi di pengaruhi kuat oleh arus penduduk dari desa ke kota. Akibat hal ini, penduduk meninggalkan sektor pertanian sehingga menimbulkan hubungan patron-klien semakin memudar.
Dampak dari adanya Revolusi Hijau adalah semakin jelasnya lapisan-lapisan dalam masyarakat petani, terdapat penguasaan tanah yang menumpuk di kalangan petani dalam arti yang lebih ekonomis. Selain itu juga adanya bentuk organisasi yang dapat di jadikan wadah untuk petani kecil yang memperjuangkan kepentingannya, sehingga para petani merasa lebih leluasa dalm mengeksploitasi lahannya sendiri sehingga tujuan dari sistim pertanian Revolusi Hijau itu bisa Tercapai. Jadi revolusi Hijau yang dicanagkan Pemerintah ini lebih efisien dari pada sistim pertanian lama, sehingga para petani lebih makmur dalam bidang perekonomian tanpa merusak lingkungan.

Analisis Bacaan.

Konsep Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi yaitu pada sistim pertanian lama menjadi sistim pertanian, stuktur Sosial dan perubahan pada kebudayaan, yang berubah secara drastis yang dikenal dengan sebutan Sistim Revolusi Hijau dimana semua aspek kehidupan berubah.serata dalam Perubahan teknologi dan semberdaya manusia serta Alam.
Sumber-sumber Perubahan Sosial
1. Lingkunagn Alam
Terjadi pada perubahan tanaman pertanian dengan hasil yang lebih memuaskan dan memperindah lingkunagn hidyp dengan melestarikan alam pada Sistim revolusi Hijau
2. Kependudukan
Bertamabahnya penduduk yang lebih makmur akan memacu para penduduk untuk memperoleh keturunan karena bertambahnya sumber pendapatan mereka dari pertanian akibat perubahan sistim pertanian yang lama menjadi sistim pertanian dengan Revolusi Hijau
3. Inovasi dan Dfusi
Terbukti dari adanya perubahan yang mendasar terhadap pelembagaan dan perubahan ide serta pada gagasan para petani dan pemerintah untuk menyelamtkan pertanian untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan untuk pemerintah sendiri dan terhadap perekonomian para peani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
4. Perubahan Pada personal
Terjadinya perubahan pada komposisi Penduduk dalam berpola pikir dan berawal dari pengalaman terhadap sistim yang baru
5. Perubahan pada fungsi struktur sosial
Perubahan terjadi pada sistim pertanian dari yang lama menjadi sistim pertanian yang berpedoman kepada sistim Revolisi Pemerintah yang lebih menguntungkan bagi para Petani
6. Perubahan Dalam Hubungan struktur
Adanya pelapisan Pertanian berdasarkan Area pertanian dan pengahilan mereka dalam Pemanenan
7. Perubahan Struktur sosial
Perubahan kepada Sistim Pertanian Revolusi Hijau
Tingkatan Perubahan Sosial
Terjadi pada tingkatan masyarakat dan Global, pada Masyarakat yaitu perubahan sistim Perekonomian, sedangkan Pada Global yaitu pemodernisasi dan Revolusi Pertanian
Gerak-Gerik Perubahan
Terjadi karena adanya pendangan dan ide untuk menjadi lebih makmeur dan lebih baik dari pertanian sebelumnya sehingga pemerintah mempunyai ide untuk merubah sistim pertanian yanh=g lebih menguntungkan dan mengangkat sistim perekonomian masyarakat dan para petani yaitu sistim Revolusi Hijau
Strategi Pembangunan
Strategi perubahannya yaitu mengacu kepada sistim pertanian yang lebih efisien dan maju serta lebih menghemat kebutuah akan sumberdaya lain dengan tidak mengubah kondisi lahan pertanian tersebut tapi dengan merubah sistim pertanian yang lebih Hijau yang Hasilnya lebih memuaskan dan menguntungkan dan tidak merusak alam, yang mengacu pada Modernisasi.


TERJADINYA PEMUSATAN KEKUASAAN
Catatan untuk Bachrun Martosukarto
Oleh: Sulardi
Terjadinya pemudatan kekuasaan berawal dari denokratisasi yang tidak berjalan dengan lancar.Penyebabnya adalah adanya peraturan yang menyimpang dari konstitusi dikarenakan peraturan ini cenderung mengarah pada semakin besarnya kekuasaan presiden. Disamping itu sejarah telah membuktikan bahwa dalam perjalanan Negara mudah muncul Rezim yang berbeda dengan tujuan yang sebenarnya.Misalnya adanya Maklumat pemerintah 4 November 1945, Maklumat Presiden No. 1 tahun 1946, Maklumat Presiden No. 6 1947, bahkan adanya TAP MPRS mengangkat {residen RI sebagai presiden seumur hidup.
Penyimpangan ini terjadi pada masa penumpasan G/30 SPKI.Perbedaan terdapat pada cara menyerahkan kekuasaan.Penyebab lainnya ialah tak berkutiknya lembaga tertinggi. Seperti pada DPR, adanya Paket UU membuat DPR seakan bisu. Pada MPR, ditetapkannya Presiden sebagai mandataris MPR membuat salah penafsiran sehingga secara tidak langsung rakyat memandatkan kedaulatannya pada presiden. Akibat inilah terjadi proses demokrasi yang tidak berjalan sehingga kembali lagi pada pemusatan pada presiden. Solusinya adalah reformasi politik sebagai jawaban atas permasalahan ini yang harus dilakukan oleh semua pemegang kekuasaan untuk memutus siklus ini.



PENGGULINGAN KEKUASAAN : ANTARA ORLA DAN ORBA
(Oleh : Panji Semirang)
Orde lama adalah tatanan kehidupam berbangsa dan bernegara pada zaman Soekarno.Penggulingan kekuasaan baik Orla maupun Orba disebabkan oleh hal yang sama yaitu adanya rezim kekuasaan pada presiden. Persamaan dalam tiap penggantian kekuasaan terjadi pertumpahan darah yang tak terelakkan. Pada pergantian Orla pertumpahan darah dilakukan oleh PKI yang kemudian menjadi balas dendam yang cukup dahsyat.Tatanan Penggantinya adalah Orde Baru, menggukingkan Orde lama yaitu masa Pemerintahan Soekarno dan Soeharto sigantikan Oleh BJ. Habbie
Sebenarnya Presiden Soekarno mundur melalui dua proses yaitu menyerahkan semacam mandat melalui Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) dan partai-partai Islam di DPR mengeluarkan pernyataan agar presiden Soekarno turun. Lalu diadakan sidang MPR 1967 menurunkan presiden Soekarno. Sedangkan presiden Soeharto mundur hanya melalui langkah besar, dia diturunkan setelah mahasiswa dan pimpinan DPR mengultimatum agar wakil-wakil rakyat segera mengadakan sidang. Kemudian menteri-menteri bidang ekuin sebagian besar tidak mau duduk di dalam kabinet reformasi yang merupakan hasil reshuffle atas kabinet pembangunan VII. Komite reformasi yang akan didirikan oleh presiden Soeharto tidak mendapat anggapan positif.

Ikhtisar Bacaan 3

SAMPANG DAN TRADISI PERLAWANAN
(Oleh : Anwar Hudijono)
Acap kali kita mendengar kata daerah Sampang.yang terkenal dengan sosok masyarakat yang sifatnya kaku dan keras. Masyarakatnya memiliki tradisi melakukan perlawanan terhadap kezaliman penguasa. Hal itu dikarenakan mereka ingin proses demokrasi lebih mengutamakan action untuk melawan rezim otoritariann yang dikakukan oleh pemerintah pada masa itu, yaitu pada masa jabatan Gusdur dari PKB
Peristiwa yang terjadi di Sampang tersebut dikenak dengan sebutan peristiwa proyek Waduk Nipah, dan peristiwa itu dilakukannya lagi pencoblosan ulang tahun 1997.yang pertama dilakukan di Indonesia. Mareka menganggap bahwa pemilu tersebut penuh kecurangan karena ingin memenangkan partai penguasa Golkar. Hanya daerah Sampang lah yang membuat Golkar tidak menang dalam pemilu. Terjadilah perebutan ”suara” masyarakat Sampang dengan melakukan berbagai strategi dari tiap partai untuk mengambil simpatisan dari warga Sampang.

Analisis Bacaan 1, 2 dan 3


No Analisis Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3
1 Konsep Kekuasaan dan Wewenang serta buktinya Adanya proses pemusatan kekuasaan pada presiden yang berpangkal pada demokratisasi yang tidak terselenggara secara wajar dan sepantasnya.
·1 Berakhirnya kekuasaan orde baru disertai dengan anomie buktinya yaitu terjadinya provokasi kerusuhan,demontrasi, dan penjajahan
·2 Adanya Kekuasaan pemerintah bersifat kumulatif yaitu presiden sekaligus merangkap sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar, hal ini membuat presiden menjadi sangat berkuasa.
·3 Adanya Kekuasaan pemerintah bersifat otoriter terhadap rakyat Sampang, tetapi rakyat Sampang melakukan perlawanan terhadap tindakan pemerintah tersebut.
2 Unsur dan Saluran Kekuasaan Unsur Takut:
Rasa Takutnya masyarakat pada pejabat pemerintahan yang memusatkan pemerintahan
Saluran Politik :
·1 Munculnya paket UU Politik, UU kedudukan, dan susunan MPR/DPR/DPRD, UU Parpol, UU ormas dan UU referendum.
Saluran Ideologi :
·2 Munculnya doktrin bahwa apa yang dikatakan pemerintah itu adalah sesuatu yang benar. Unsur takut:
Rasa Takutnya berpartisipasi terhadap peloporan orde baru

Saluran militer :
·1 RPKAD militer dan mahasiswa menguasai rencana penggulingan Soekarno.

Saluran ekonomi :
·2 Kebijakan harga BBM dan tarif angkutan yang naik.
·3 Pemerintah mengatur keadaan ekonomi setelalah keadaan ekonomi membaik pemerataan tidak berjalan dengan baik. Unsur takut:
Rasa takut rakyat Sampang terhadap pemerintah yang lama-lama hilang dan menjadi perlawanan karena tindakan pemerintah yang sewenang-wenang.

Saluran militer :
·1 Kekuasaan militer digunakan untuk membasmi perlawanan rakyat Nipah di Sampang.
Saluran Politik :
·2 Partai Golkar menguasai politik di Indonesia.
Saluran Tradisional: adanya tradisi untuk memperjuangkan daerah dengan wakil dari putra daerahnya sendiri

3 Distribusi dan Monopoli Proses Pendistribusian kekuasaannya tidak merata karena terjadi pemusatan kekuasaan pada jaman Soekarno. Proses Pendistribusian kekuasaan tidak merata juga karena presiden Soeharto pada waktu itu mempunyai kekuasaan ganda yaitu sebagai presiden dan Dewan Pembina Partai Golkar. Proses
Pendistribusian kekuasaan tidak merata karena kekuasaan bersifat polimorfik yaitu beberapa orang dapat membuat keputusan dari suatu masalah yang terjadi.
4 Lapisan Kekuasaan Tipe Demokratis:
Yaitu terlihat dari adanya proses pemusatan kekuasaan yang ditentang oleh masyarakat itu sendiri Tipe Demokratis:
Adanya keinginan masyarakat untuk mengakhiri rezim Orde lama ke Orde Baru. Tipe Oligarkhis:
Harapan masyarakat Sampang untuk memilih wakil dari daerahnya sendiri untuk menjadi anggota legeslatif Yang berjuang untuk mereka.




SALURAN PEMERATAAN INFORMASI
DI PEDESAAN: KORAN MASUK DESA
ATAU JARINGAN KOMUNIKASI
SOSIAL?
Oleh: M. Alwi Dahlan

Saluran Informasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk para Masyarakat desa yang kurang akan informasi mendapat sambutan yang baik dari Khalayak ramai,dari bernagai pihak yang merasa diuntungkan.Program ini dikenal dengan sebutan Koran masuk desa (KMD). Bayak pihak yang merasa diuntungkan dari program ini dan banyak pula yang merasa dirugikan. Program ini bertujuan agar masyarakat Desa tidak ketinggalan informasi dari dunia luar dan dalam negri, misalnya kegunaan bagi masyarakat desa misalnya untuk mengetahui harga dari gabah, harga bibit atau harga pupuk yang ditetapkan Pemerintah. Tapi program ini juga kurang efektif dilakukan kepada masyarakat desa,karena biaya KMD mungkin lebih mahal dari Koran-koran biasa yang dijual diKota-kota. Hal ini mungkin disebabkan karena Produksi Koran yang sedikit sehingga ongkos produksinya pun lumayan mahal.Kebanyakan dari Masyarakat desapun lebih cendrung kepada media Komunikasi lain, seperti radio dan kaset yang sudah beredar dikalangan mereka. Jika dihadapkan pada pemilihan antara Media baca dan televise atau radio, maka mereka lebih cenderung memilih media elektronik yang mudah apalagi kalau media mudah tersebut juga murah,bahkan gratis.
KMD sebenarnya juga merupakan suatu inovasi yang tersendiri yang dapat membawakan perubahan ke masyarakat sasarannya di Desa-desa. Tetapi dalam hal ini mengalami keterbatasan, terutama dalam menjalankan fungsinya. Dari satu pihak sebagai media Modern, KMD harus mendorong arus Informasi, Keterbukaan,dan partisipasi Politik. Gambaran umum mengenai komunikasi dalam masyarakat kita, antara lain yang berikut, Komunikasi Interpersonal, harus mempunyai Ciri-ciri system Komunikasi feudal, Pemuka-pemuka yang harus mempunyai tatanan dan pranata yang telah berakar dalam Masyarakat. Beberapa penelitian mengenai jaringan sosial yang diadakan baru-baru ini juga memberikan gambaran yang agak berbeda dari gambaran yang agak berbeda dari gambaran dan asumsi-asumsi yang selama ini ada. Studi tersebut diadakan pada dua lokasi pedesaan di Sumatera Barat dan Jawa Tengah, yang menyataka bahwa kalau Di Sumbar itu pemika formal atau Wali Nagari yang berhubungan dengan penyuluhan komunikasi pada masyarakat Desa, sedangkan di Jawa Tengah pengkomunikasian tergantung dengan bidang atau badan yang berhubungan dengan Kekuasaan. Jadi Alternative kominikasi untuk golongan miskin, informasi ini adalah jaringan komunikasi social golongan ini sendiri dengan membentuk jaringan-jaringan lokal yang sesuai bentuk tempatnya, mempergunakan media yang mudah seperti Televisi dan akan mempermudah proses penginformasian kemasyarakat Desa.

Bacaan 2

KONDISI SOSIO-KUTURAL DALAM
ERA TELEVISI TRANSNASIONAL
Oleh: Veven S.P. Wardhana

Kenyataan saat ini m,enunjukan bahwa proses Pengkomunikasian telah berkembng dari masa ke masa. Misalnya saja televisi, yang dulunya dikuasai oleh stasiun televisi milik pemerintah, tapi sekarang ini yang paling terkenal itu adalah stasiun televisi swasta, yang masing-masing siaran memiliki keunggulan dalam pengeksposan dalam komunikasi yang berbeda. Terjemahannya, selain revolusi komunikasi dan informasi itu memang benar adanya, jabaran keduanya: dengan berfungsinya berbagi satelit di angkasa yang kian bertambah jumlahnya, selain pemakai jasanya juga sekalligus bertambah era televise transnasional,yang terjadi. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada bidang komunikasi, yaitu televise yang berkembang pesat dari masa ke masa. Sama-sama diketahui televise swasta yang pesat itu adalah stasiun televisi yang siarannya lebih menjurus dan menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi yang sedang berkembang pada saat itu.
Untuk melengkapi ketidakseimbangan arus informasi ini, bisalah kita buka-buka Wj.Howell, World Broadcasting in the Age of the Satellit (1986), selain George Gerbner,World communication: A Hand Book (1984). Universalitas dan Universalisasi rasa-rasanya hanya menjadi monopoli dan hak negeri industri. Akankah stasiun-stasian negeri sendiri-sendiri juga agensi di luar institusi televise melawan dominasii ini dengan membikik paket success story negeri berkembang dan sejenisnya untuk disuplai dan ditayangkan televisi transnasional/Indonesia, Buletin Siang, Nuansa Pagi, Buletin Malam dan sekilas info yang merupakan paket Join RCTI dan SCTV.

Analisis Bacaan
Bacaan 1
Komponen dan Proses Komunikasi
Komponen Komunikasi pada bacaan 1 adalah Koran masuk desa yang merupakan media bagi masyarakat untuk menambah informasinya
Adanya pengaruh media lain,seperti radio yang memberikan anggapan baru dari masyarakat untuk mengkonsumsinya,
Prosesnya yaitu proses masuknya KMD yang dapat diterima masyarakat dan sebagian masyarakat juga sulit untuk menerimanya.
Proses Program pemerintahah untuk mencangkan pengkomunikasian di desa-desa yang bertujuan untuk penyetaraan komunikasi di seluruh masyarakat.
Konsep Komunikasi Primer dan Sekunder
KMD termasuk komunikasi Sekunder karena terdapat media komunikasi yang digunakan yaitu radio dan Koran
Konsep Komunikasi Antara Individu, kelompok dan massa
· Antar individu, yaitu dialog antara masyarakat desa
· Antar massa, yaitu antara masyarakat dan instansi pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah.

Komunikasi tradisional, Komunikasi dua langkah dan Komunikasi lintas budaya
Komunikasi tradisional: komunikasi antar masyarakat Desa dalam menentukan pilihan untuk memilih media komunikasi dan Informasi.
Komunikasi dua langkah: Penyampain informasi atau berita dari Walinagari ( Sumatra Barat ) kepada masyarakatnya.dan Di Jawa Tengah.
Komunikasi Lintas Budaya; Komunikasi KMD yang memasuki desa dalam pendistribusian informasi
Bacaan 2
Komponen dan Proses Komunikasi
Komponen Komunikasi pada bacaan 2 adalah adanya stasiun televisi baik sebagai sumber informasi dari masyarakat diseluruh pelosok dunia.
Adanya persaingan antar stasiun televisi nasional dan Swasta dalam penyampain komunikasi dari pusat keseluruh pelosok masyarakat.
Prosesnya yaitu proses masuknya dan penerimaan televise dikalangan masyarakat tergantunh pilihannya.
Proses Program pemerintahah untuk mencangkan pengkomunikasian melalui media televisi di desa-desa yang bertujuan untuk penyetaraan komunikasi di seluruh masyarakat.
Konsep Komunikasi Primer dan Sekunder
Televisi termasuk komunikasi Sekunder karena terdapat media komunikasi yang digunakan yaitu
Konsep Komunikasi Antara Individu, kelompok dan massa
a. Antar individu, yaitu dialog antara masyarakat desa
b. Antar massa, yaitu antara masyarakat dan instansi pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah.
c. Antar kelompok, yaitu persaingan antara stasiun televisi swasta dan televisi nasional

Komunikasi tradisional, Komunikasi dua langkah dan Komunikasi lintas budaya
Komunikasi tradisional: komunikasi antar masyarakat Desa dalam menentukan pilihan untuk memilih media komunikasi dan Informasi.
Komunikasi dua langkah: komunikasi dari televise kepada masyarakat.
Komunikasi Lintas Budaya: Komunikasi yang memasuki desa dalam pendistribusian informasi


Perubahan Ekologi Pertanian: dari Revolusi Hijau ke System of Rice
Intensification
Oleh:
Rina Mardiana dan Soeryo Adiwibowo
Banyak hal yang disebabkan oleh perubahan ekologi pertanian dan pola piker masyarakat desa yang sebagian bermata pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini terjadi adalah Revolusi hijau yaitu kasus yang sering dibahas dan dikritik oleh banyak kalangan. Revolusi Hijau ini terjadi pada varietas-varietas tanaman pangan dan pokok bagi bangsa dan seluruh dunia.revolusi Hijau ini juga terjadi di bidang perikanan, yakini disebut dengan revolusi Biru, yaitu tentang perubahan sisteim kelautan dan pengelolaan tehadap seluruh sumberdaya yang ada didalamnya seperti terumbu karang dan ikan-ikan yang ada didalamnya.
Sistim pertanian yang diterapkan oleeh masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan hasil dari pertanian dan makanan Pangan.Sistim pertanian ini ditunjang oleh varietas-varietas unggul oleh tanaman yang akan dibudidayakan dan ketersediaan pupuk.Kebijakan dan praktek ini mengarah pada erosi plasma nutfah pertanian dan pengetahuan tradisional petani mengenai sistem pertanian yang lebih berkelanjutan . ketahanan pangan menjadi terganggu manakala petani tidak Pemerintah mempunyai “tabungan’ aneka benih dan harus tergantung pada satu varietas benih saja, yang harus mereka beli setiap kali tanam.
Konsevasi lahan subur yang dilakukan oleh pemerintah kebanyakan tidak mendasra, ini diakibatkan oleh investtasi dari revolusi Hijau dan revolusi Biru Sebagai upaya untuk mendekatkan teknologi kepada petani, maka diperlukan pendekatan baru yang spesifik lokasi berdasarkan permasalahan yang dialami para petani. Salah satu teknik pertanian yang merupakan hasil pengembangan dari pengetahuan tentang proses ekologis adalah Sistem Intensifikasi Padi. Metode ini merupakan sebuah teknologi berkelanjutan yang menguntungkan petani karena memberikan hasil produksi lebih tinggi. Dalam sistem ini terjadi penghematan air sampai dengan 50%. Pada tahun 2004, dimana secara internasional dan nasional dideklarasikan sebagai tahun beras, semakin banyak petani kecil di Indonesia yang mulai meenerapkan SRI, sebagai cara yang cukup revolusioner dalam bercocok tanam padi.

BACAAN 2
MANFAAT KEARIFAN EKOLOGI TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki
Oleh: Yohanes Gabriel Amsikan
Wilayah Biboki adalah daerah sabana, yakni padang rumput yang luas diselingi belukar yang begitu hebat lebat. Keadaan ini menuntut orang Biboki untuk berusaha dan berjuang untuk mengadaptasikan pola-pola bertani mereka kedalam tanah yang kurang subur, namun demikian pembabatan hutan gundul merupakn aktifitas masyarakat Biboki untuk mengatasi kesuburan tanah mereka. Dengan kata lain aktivitas pengetahuan ekologi masyarakat petani di desa, khususnya di kalangan orang Biboki di desa Tautpah ini memiliki implikasi positif dan strategis tterhadap pemeliharaan lingkungan hidup.Sebagian besar masyarakat biboki mencoba untuk menaklukan tanah dengan pola Ekologi yang benar.
Kearifan ekologi dalam masyarakat biboki menjadi upaya hidup mereka dalam mempertahankan keaadaan dan hidup mereka juga. Masyarakat biboki melakukan pemilihan yang matang dan super inteensif dalam menetapkan tanah yang mau dipakai untuk pemukiman dan tanah sebagai mata pencaharian, untuk mempertahankan sebidang tanah, masyarakat seiiring harus mengorbankan diri, meneteskakn darahnya bahkkan nyawa sekalipun.
Studi etnoekologis mengenai sistem perteanian untuk mmenguak kearifan ekologi orang Biboki memberikan sejumlah informasi, pertama kenyataan bahwa lingkungan alam seperti tanah, hutan dan air perlu dijaga agar tetap memberikan hasil yang memadai seetiap kali diolah., Kedua, selain persamaan terdapat pula perbedaan. Bagi pemerintah, tanah yang masih banyak belukar atau hutannya, berguna untuk menjaga kesuburan tanah dan menjadi tempat berling margasatwa. Ketiga, orang Biboki memiliki pola perilaku yang berbeda, karena mereka memiliki pemahaman yang berbeda dengan pemerintah menggenai lingkungan. Kearifan ekologi ini jelas berbeda dengan pemerintah yang mendasarkan pemikirannya pada temuan-temuan ilmiah mengenai kerusakan alam yang ditentukan antara lain melalui ukuran fisik dan biologis.
Dari temuan-temuan di atas, maka dapat dimengerti bagaimana himbauan-himbauan untuk melestarikan alam “gagal” ditanggapi oleh orang Biboki. Guna menghindari sikap etnosentris, peneliti perlu memperhatikan gagasan dari sudut pandang orang lain, terutama masyarakat yang di teliti. Dengan demikian, dapat terjadi perpaduan sudut pandang antara peneliti dan masyarakat yang diteliti.
ANALISIS BACAAN
BACAAN 1

Unsur-Unsur Kebudayaan
Adanya sarana ekploitasi dalam melakukan perubahan ekologi pertanian dari sistim revolusi hijau kepada SRI
Adanya pola perilaku masyarakat dalam menyesuaikan diri perubahan revolusi hijau ke SRI
Adanya pola yang sama antara Revolusi Hijau dan revolusi Biru
Faktor demografi dan pola-pola pemukiman dari masyarakat dalam perubahan sistim pertanian
Sistim pertanian Adaptif dengan kondisi ekologi
Revolusi Hijau termasuk kedalm sistim adaotasi ekologi yang kurang adaptif karena hanya masyarakat yang mencoba untuk melakukan hal tersebut sebagian lagi hanya sebagai penonton setia tanpa partisipasi sedikitpun
Revolusi Biru hamper sama seperti pada perlakukan masyarakat di revolusi Hijau, hampir sama.
System of Rice Intensification (SRI) termasuk kedalam pola adaptasi eklogi yang adaptif yang bisa menyesuiakan bagaimana sistim pertanian yang tidak mendatangkan kerugian yang lumayan besar dan dapat dibudayakan dalam semua kalangan masyarakat. Sitim ini sangat menguntungkan sekali bagi petani karena dapat mengahasilkan hasil produksi yang tinggi.
BACAAN 2
Unsur-unsur Kebudayaan
Pemahaman masyarakat dalam menentukan dan beradaptasi dalam berurusan dengan tanah, baik itu untuk pemukiman maupun untuk lahan pertanian
Pola pemukiman Masyarakat yang hidup berladang berpindah untuk mencari sumber kehidupan baru yang lebih layak
Perilaku masyarakat Biboki yang berbeda dengan Masyarakat ldi daerah lai, misalnya dalam pemilihan lahan, penentuan pemukiman, dan dalam kepercayaan akan Mistik
Struktur masyarakat Biboki yang unik yaitu adanya penemtuan dalam pengelolaan tanah
Ciri-ciri Adaptasi Ekolgi : masyarakat Biboki sudah bisa dikatakan beradaptasi ekologi karena pada masyarakat Biboki sudah dikenal Proses Pemilihan Lahan multifungsi, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi dari wilayah itu sendiri
Arahan pertanian: masyarakat Biboki dalam melaksanakan sistim pertanian dapat dikatakan sudah mengarah pada arah Posbilisme Lingkungan karena masyarakat biboki telah bisa menaklukan alam khisusnya lahan yang kurang baik dijadikan sebaik mungkin untuk fungsi-fungsi tertentu yang lebih berguna, misalnya dalam pemilihan lahan untuk tanah pertanian, pemukiman maupun untuk kandang.


SISTEM STATUS DAN PELAPISAN
MASYARAKAT SISTEM STATUS
YANG BERUBAH

Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam
Abad Kedua Puluh
Oleh W.F. Wertheim

Pada abad ke 19 banyak dikenal pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras,yang lazim terdapat di Jawa. Sedangkan di pulau-pulau seberang, uanglah terutama yang melakukan pendobrakan terhadap system asli yang lama.Pendidikan juga dinamis di pulau-pulau Jawa.pada abad 19 ini meningkatnya perbedaan profesi.Bertambah meluasya ekonomi uang dan meningkatnya hubungan dengan barat telah menyebabkan timbulnya lapisan pekerjaan baru, seperti montir, sopir dll. Orang Indonesia kemampuan teknis mereka tinggi dan lebih suka pekerjaan di bidang perdagangan dibandingkan dengan yang lainnya.Pada tahun 1930, terdapat stratifikasi dalam pekerjaan mereka cenderung mengambil pekerjaan yang kurang intelek. Pendidikan telah menciptakan seluruh kelas Indonesia yang mempunyai pendidikan Barat sampai ke tingkat tertentu,dan adanya kelas ini telah menimbulkan suatu akibat yang sama dinamisnya terhadap system statys di Jawa seperti pengaruh perkebunan karet di luar Jawa.
Terdapat tiga golongan mayarakat administif menurut kelompok penduduk pada tahun 1938 diperbandingkan dengan tahun 1928, yaitu Eropa,Indonesia dan Timur asing.hal ini dapat dianalisis melalui staf, dan tingkat Pegawai. Ketika dinding-dinding ras semakin hilang, ketegangan semakin bertambah. Perbedaan pendapat pada umuny6a masih sejalan dengan rpembagian ras, dimana rata-rata pendapatan orang Eropa adalah yaitu yang tertinggi, pendapat orang Cina di tengah-tengah dan pendapatan orang Indonesia yang paling rendah.Pada tahun 1920, golongan Indo bergabung dalam persatuan Indo Eropa dalam menghadapi kelas yang sangat menanjak yaitu orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat.


Bacaan 2

SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS
DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh: Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga


Desa Maricaya Selatan

Kominitas maricaya selatan terdiri atas lima golongan yang menempati tiga lapisan pokok, yaitu: Golongtan pejabat dan kelompok Profesional di lapisan atas, Golongan alim ulama, golongan pegawai dan golongan pedagang di lapisan menengah, serta golongan buruh di lapisan bawah. Dilihat dari segi Ekonomi terdapat tiga lapisan masyarakat yaitu, Lapisan ekonomi mampu, Menengah dan lapisan ekonomi Miskin, yang persentasenya,10%, 60% dan 30%.Kesempatan pendidikan bagi anak-anaknya tersedia cukup luas dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi, yang umumnya menginyam jenjang pendidikan. Masyarakat Maricaya Selatan tampaknya menikmati sekali kesempatan yang tersedia seoptimal mungkin., walaupun ekonomi mereka dibilang cukup tidak mampu,tapi mereka berusaha sekuat mungkin untuk menyekolahan anaknya.Agamanya yang paling menonjol adalah Islam, sedangkan lapisan yang paling banyak memiliki pesawat televisi adalah lapisan atas.

Desa Polewali (Semi Urban)
Dalam masyarakat ini dikenal tiga lapisan juga, Ulama, Pemangku Adat dan Pejabat disebut lapisan atas, pedagang sebagi lapisan menengah sedangkan Buruh sebagi lapisan bawah. Kebanyakan lapisan atas ini dipenuhi oleh masyarakat Bugis.Pemangku adat dan alim ulama dan Pejabat, termasuk golongan atas sebanyak 35%,Pegawai negri termasuk golongan menengah sedang sebnyak 55% serta Pedagang dan Buruhtermasuk lapisan bawah, Miskin sebanyak 10%. Mayarakat Polewali pada dasarnya merupakan masyuarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yangt terdapat dalam lingkungan mereka. Pasda tahap perkembangan seperti ini Masyarakat Poleweli berada pada tahap Inward looking. Yang tampaknya merupakan perkecualian dalam hal ini ialah golongan pejabat setempat.


Analisis Bacaan

Bacaan 1.
1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan Ras, bakat dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing ras, yaitu Eropa, Indonesia dan Cina
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada ras Cina, Asia dan indonesia.
Adnya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim tertutup yaitu didasari pada ras dari masing-masing rumpun kelahiran.
2.Dimensi yang mendasari

Kehormatan : Eropa, Indonesia dan Pribumi
Ilmu Pengetahuan : Cendikiawan, Semi Cendikiawan dan Non-cendikiawan
Kekayaan : Pedagang Cina, Pedagang Tribumi dan Buruh
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=tidak ada
Mobilitas vertical = - Climbing=jabatan yang tinggi sekarang dapat diisi oleh pribumi
Sinking= Dialami bangsa Cina, yang mengalami keterpurukan.
Bacaan 2

1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan pendidikan,Pekerjaan dan lapisan ekonomi pada masing-masing Ras yang mengakibatkan kemampuan berbeda-beda untuk menciptakan suatu stratifikasi yang baru.
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
1.Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada masing-masing desa yang stratifikasinya kuat.
2.Adanya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim terbuka yaitu didasari pada kedudukan beberapaisan masyarakat yang mempengaruhi stratifikasi.
2.Dimensi yang mendasari

Kekayaan (Maricaya selatan) : Pejabat professional, alim ulama dan pedagang dan pegawai, Buruh
Kehormatan (Poliweli) : alim ulam dan pemangku adat, pegawai negeri, Buruh.
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=ada
Mobilitas vertikal = karena sistem pelapisan terbuka mungkin saja naik dan mungkin saja turun status pada lapisan di masyarakatnya,



STRUKTUR INTERAKSI KELOMPOK
ELIT DALAM PEMBANGUNAN
Penelitian di Tiga desa santri
Oleh:
Sunyoto Usman

TOLONG BANTU PERBAIKI
PERTANIAN KAMI
Oleh:
Muhammad Syaifullah


Iktisar

Bacaan 1:

Kelompok elit sangatlah potensial sebagai agen perubahan terutama dalam menjembatani antara kemauan pemerintahan dan kepentingan masyarakat. Istilah elit disini adalah anggota suatu kelompok kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati,Kaya akan kekuasaan. Dalam Pendataan struktur social kelompok elit banyak yang ditemukan strukturnya yang diperoleh melalui beberapa pendekatan, diantaranya adalah,Pendekatan Positional Approach (mencari individual-individual yang menempati posisi penting dalam lembaga-lembaga social), Pendekatan Repational Approach (melakukan wawancara mendalam dengan informan-informan kunci untuk mengklasifikasikan tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi panutan masyarakat). Pendekatan Decisional Approach (melihat penampilan nyata tokoh-tokoh masyarakat dalam proses pengamnilan keputusan). Dari pendekatan tersebut diketahui bahwa elit desa itu bias terdiri atas pamong Desa, Pemuka adapt, Pemuka Agama, Petani Kaya,dan lain-lain. Anggota kelompok elit saling berinteraksi membentuk suatu saringan sosiometris , karena semakin banyak jumlah bubungan tidak langsung yang dimiliki oleh seorang elit, semakin tinggi pula derajat integrasi elit itu dengan kawan-kawan interaksinya ( contactess )


Bacaan 2 :

Masyarakat di Kondolo melakukan Pertemuan denagn kepala seksi konservasi Taman Nasional (TN) Kutai, kedua belah pihak bersengketa bahwa, masyarakat di Kondolo mempunyai tradisi mencari kayu dan menebanginya dikawasan hutan TN. Hal ini disebabkan karena pertanian masyarakat di Kondolo dilanda oleh kekeringan dan Hama Tikus, dua tahun yang lalu, sehingga mereka tidak mempunyai mata
pencarian lagi, dan merekapun telah melaporkan kepada Pemerintah untuk mengirimkan Penyuluh pertanian ke Daerah mereka, Tapi tidak digubris dengan baik oleh pemerintahan. Dan akhirnya karena tidak digubris masyarakat beralih profesi menjadi pengumpul kayu hutan TN. Pihak Jagawana TN sendiri telah mencoba untuk mengatasi masyarakat yang mengambil kayu di dalam kawasan hutan TN, dan masyarakat Kondolo sendiri tidak menghiraukan itu.Makanya penebangan Hutan dilakukan oleh masyarakat tersebut serta pengkaplingan tanah TN. Sehingga pihak TN mulai bertindak tegas, tapi masyarakat kendolo menanggapinya dengan perlawanan yang kuat. Sampai kini tidak ada batas yang jelas antara wilayah-wilayah Kondolo, dengan TN Kutai sendiri. Keadaan ini membuat hubungan antara Jagawana dengan warga menjadi ada jarak bahkan tidak jarang saling terjadi benturan kepentingan.


Analisis Bacaan

Bacaan 1:

1. Ineraksi Sosial
1.Antar Individu
a. Elit dengan elit
b. Elit dengan individu lain dalam masyarakat
2.Antar Kelompok
a. masyarakat dengan Masyarakat lain
b. Kelompok elit dengan kelompok elit lain
3. Antara Individu dengan kelompok
Elit dan masyarakat

2.Bentuk-bentuk Interaksi sosial
1. Asosiatif
a. Kerja sama
1. Kerja sama Antar Komunitas elit
2. Masyarakat dengan Masyarakat lain
3. Kerja sama antara elit dengan masyarakat
4. Peneliti Sunyotto dengan penduduk di desa Santri
5. Elit Pamong Desa dengan masyarakat
6. Kerjasama untuk mncapai kompromi dalam musyawarah desa
b. Akomudasi
Toleransi antara elit dengan masyarakat
c. Asimilasi
mengakrabkan elit dan masyarakat
2. Disosiatif
Tidak ada

Bacaan 2

1.Interaksi Sosial
1.Antar Individu
Kepala TN dengan pemuka Masyarakat Kendolo
2.Antar kelompok
a. pegawai TN dengan penduduk Kendolo
b. kalangan pelajar dengan penduduk Kendolo
c. anggota pramuka dengan penduduk kendolo
d. aparat keaamanan dengan penduduk Kendolo
e. pejabat keamanan dengan penduduk Kendolo
3. Antara Individu dengan Kelompok
Kepala TN dengan Masyarakat Kendolo

2. Bentuk Interaksi sosial
1. Asosiatif
a. Kerja sama
1. Pemerintah dengan Aparat TN
2. Pramuka, pelajar dengan Aparat TN dan Pemerintahan Kutai
b. Akomudasi
1. Jagawana dengan Penduduk Kendolo
2. Pemerintah dengan Penduduk Kendolo
c. Asimilasi
Mengakrabkan Jagawana dengan Penduduk Kondolo
2. Disosiatif
a. Persaingan
Jagawana dengan Masyarakat Kondolo
b. Kontraversi
1. Masyarakat Kendolo dengan Jagawana
2. Masyarakat kendolo dengan Pemerintahan
c. Konflik
Jagawana mengalami konflik dengan masyarakat Kondolo Kutai

1 komentar:

  1. Emperor Casino Review (2021) - Best Betting Sites
    Emperor 메리트카지노 Casino 제왕카지노 is the largest online casino owned by the famous brand of the gambling brand. It offers a large gambling library, a variety of games and a high sbobet ทางเข้า quality

    BalasHapus